Tren Pasar Senjata Global dan Pengembangan Industri Pertahanan Indonesia

Dizar Ramadhan Sabana, Curie Maharani, Iis Gindarsah, Adya Maula, Samantha Svenska Kendra Monograf Selasa, 28 November 2023
img

Globalisasi produksi merupakan karakter pasar senjata kekinian. Perubahan permintaan dan eskalasi ongkos produksi senjata menjadi faktor yang mendorong penguatan globalisasi. Partisipasi dalam rantai pasok global merupakan langkah strategis bagi industri pertahanan dalam merespons pasar yang makin terinternasionalisasi. Akan tetapi, bagi negara dengan potensi produksi pertahanan menengah, seperti Indonesia, upaya bergabung dalam rantai pasok global bukan proses yang mudah. Monograf ini menawarkan gagasan arah strategi pengembangan industri pertahanan Indonesia menuju rantai pasok global.

Berakhirnya Perang Dingin menjadi momentum signifikan bagi pasar senjata. Perubahan persepsi ancaman menekan anggaran pertahanan dan permintaan senjata. Guna nilai ekonomi industri pertahanan, negara pun mendorong kebijakan berorientasi ekspor. Industri pertahanan global pun bertransformasi. Makin banyak industri pertahanan dengan karakter dwifungsi. Kemudian terjadi internasionalisasi produksi yang mendorong proliferasi aktor produsen senjata. Ketegangan geopolitik di dekade terakhir kembali mengubah karakter pasar senjata. Kebutuhan militer yang tinggi mendorong karakter pasar kembali merepresentasikan bull market. Ketegangan geopolitik juga menciptakan efek pemisahan teknologi (technology decoupling) di industri pertahanan global.

Di tengah pasar senjata yang dinamis, peningkatan daya saing industri pertahanan menjadi aspek krusial yang harus dikejar. Daya saing industri pertahanan nasional dinilai belum optimal sehingga partisipasi Indonesia dalam rantai pasok minimal. Berbagai faktor struktural melatarbelakangi dinamika ini. Pertama, struktur distribusi anggaran yang kurang mendukung investasi. Proporsi anggaran pengadaan senjata dan litbang tergolong rendah untuk bersaing di tingkat global. Kedua, ekosistem industri pertahanan nasional masih belum lengkap serta didominasi oleh produk yang belum memiliki nilai teknologi tinggi. Ketiga, permasalahan produktivitas, Indonesia relatif tertinggal dalam aspek sumber daya manusia di sektor manufaktur strategis. Peningkatan daya saing sebenarnya dapat dipercepat melalui dukungan dan insentif dari Pemerintah. Akan tetapi, Sejauh ini belum ada insentif yang spesifik diarahkan untuk mendukung industri pertahanan menjadi bagian dari rantai pasok global.

Pemanfaatan ofset merupakan langkah strategis bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam rantai pasok global. Pelaksanaan ofset dapat berjalan optimal apabila didukung oleh kebijakan nasional serta kapasitas yang dapat menjadi daya tawar dalam perundingan dengan mitra luar negeri. Indonesia telah merilis serangkaian regulasi yang mendukung pelaksanaan ofset, termasuk Undang-Undang tentang Cipta Kerja yang membuka penanaman modal asing ke dalam industri pertahanan. Selain itu, Indonesia juga memiliki modalitas dalam aspek kebutuhan senjata yang besar. Daya tawar ini dapat ditingkatkan dengan mendorong pelaksanaan pengadaan dan pemeliharaan bersama di tingkat regional ASEAN.

Monograf ini mengajukan empat rekomendasi strategis bagi pengembangan industri pertahanan menuju rantai pasok global. Pertama, Indonesia perlu menciptakan pasar domestik sebagai captive market untuk menarik bagi investasi asing sekaligus menyediakan skala ekonomi bagi industri pertahanan nasional untuk mencapai daya saing. Peningkatan anggaran pertahanan secara bertahap hingga mendekati 2% dari PDB menjadi aspek krusial.

Kedua, pelaksanaan kebijakan khusus pengungkit daya saing nasional yang mencakup insentif bagi pengembangan industri bernilai teknologi tinggi, peningkatan penggunaan rantai pasok domestik, dan mendorong pengadaan alutsista yang lebih berkelanjutan. Ketiga, memprioritaskan pemberlakuan Imbal Dagang, Kandungan Lokal, dan Ofset (IDKLO) pada produk dengan nilai TKDN tinggi serta mempercepat operasionalisasi UU Cipta Kerja dengan prioritas pada akomodasi penanaman modal asing. Keempat, menjadikan ASEAN sebagai platform untuk meningkatkan daya tawar terhadap mitra industri pertahanan global.