Amerika Serikat tidak dapat dipungkiri masih menjadi kekuatan utama dalam tatanan keamanan global. Namun, tren di level regional semakin bergeser ke arah multipolaritas akibat ekspansi ekonomi Tiongkok di Asia Pasifik dan kebangkitan pengaruh Rusia di Eropa Timur. Pergeseran ini meningkatkan potensi konflik regional atau bahkan memicu perang antarnegara adidaya. Berdasarkan kondisi tersebut, Laboratorium Indonesia 2045 (LAB 45) bekerja sama dengan Parahyangan Center for International Studies (PACIS) Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) telah menyusun monograf berisi kerangka kerja strategis bagi Indonesia untuk menghadapi risiko konflik antarnegara adidaya. Proyeksi karakter konflik dilakukan melalui sejumlah simulasi kasus sederhana, yakni konflik di Laut Cina Selatan, Selat Taiwan, Kepulauan Diaoyu/Senkaku, Semenanjung Korea, Teluk Persia, dan Ukraina. Melalui keenam skenario konflik tersebut, analisis alternatif masa depan dirumuskan dengan menimbang intensitas konflik berdasarkan pola-pola komitmen hegemonik dan perimbangan kekuatan, serta risikonya terhadap Indonesia melalui analisis disrupsi ekonomi dan pola kedekatan geografis. Hasilnya, terdapat empat strategi utama yang dapat diambil oleh Indonesia dalam menghadapi risiko konflik antarnegara adidaya, yaitu mobilisasi, deeskalasi, sekuritisasi, dan reposisi.
Beranjak dari monograf tersebut, LAB 45 dan PACIS Unpar ingin memperkaya kajian dan wawasan publik dengan mengadakan webinar yang memiliki empat tujuan utama. Pertama, menjelaskan konteks perubahan tatanan global maupun regional, di mana Amerika Serikat mendapat tantangan dari negara adidaya lainnya dalam kompetisi militer, ekonomi, maupun pengaruh. Kedua, menjabarkan risiko dari konflik atau bahkan perang antarnegara adidaya terhadap keamanan dan perekonomian Indonesia apabila terjadi sewaktu-waktu maupun di masa depan. Ketiga, memetakan arah kebijakan luar negeri dan strategi domestik Indonesia untuk bertahan di tengah konflik tersebut. Terakhir, merumuskan langkah-langkah konkret untuk menghadapi risiko dengan turut mempertimbangkan konteks dan modal yang dimiliki Indonesia.