Alih-alih memulihkan rantai pasok global pasca pandemi Covid-19, perang di Ukraina justru mengakibatkan stagflasi yang ditandai oleh kenaikan harga-harga kebutuhan pokok di banyak negara. Krisis ekonomi ini disinyalir dapat memantik gejolak politik dan mengganggu stabilitas pemerintahan di dalam negeri. Di Inggris, kondisi ekonomi memburuk tidak hanya karena faktor Brexit, tetapi juga akibat inflasi yang hampir mencapai dua digit. Setelah lebih dari 50 pejabat pemerintahannya mengundurkan diri, Perdana Menteri Boris Johnson akhirnya terpaksa mengundurkan diri pada 7 Juli 2022. Di Sri Lanka, krisis ekonomi sudah sangat buruk hingga meluas menjadi krisis kemanusiaan. Menyusul pendudukan atas istana kepresidenan pada 9 Juli lalu, Presiden Gotabaya Rajapaksa akhirnya melarikan diri ke Maldives.
Secara umum, webinar ini memiliki tiga tujuan utama. Pertama, menjelaskan dampak dan risiko dari krisis ekonomi yang diakibatkan oleh konflik bersenjata di Ukraina. Kedua, memperoleh pembelajaran transisi pemerintahan yang baru-baru ini terjadi di Inggris dan Sri Lanka. Terakhir, menampung saran atau rekomendasi dari para pakar, praktisi dan pemerhati ekonomi politik guna memitigasi risiko risiko serupa terhadap Indonesia.