
Distribusi kekuatan (power) menyebabkan adanya negara besar, menengah, dan kecil dalam sistem internasional. Negara bisa menggeser posisinya menuju posisi ideal, yakni negara besar atau hegemon, namun upaya itu mensyaratkan akumulasi kekuatan. Kapabilitas militer, meski bukan satu-satunya, menjadi salah satu komponen terpenting dari kekuatan negara yang bisa ditingkatkan maupun direduksi. Kapabilitas militer negara dianggap mencapai puncak apabila mampu menempati posisi revolusi krida yudha atau transformasi dalam dinamika persenjataan. Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan distribusi kapabilitas militer dan dinamika persenjataan global, memetakan posisi Indonesia di dalamnya, dan merekomendasikan penguatan determinan yang dinilai menghambat upaya menuju transformasi pertahanan.
Kajian ini dibagi ke dalam dua tahap. Tahap pertama adalah menyusun distribusi kapabilitas militer global, dengan mengembangkan 13 kategori utama dan 43 tipe teknologi militer. Dataset dibangun dengan menggunakan data termutakhir dari IISS Military Balance. Tahap kedua adalah menentukan posisi negara dalam dinamika persenjataan global, dengan mengembangkan tipologi dinamika persenjataan yang disusun oleh Buzan dan Herring (1998). Posisi negara dalam dinamika persenjataan diperhitungkan dengan agregat tiga determinan yakni ekonomi pertahanan, level adopsi teknologi pertahanan, dan potensi produksi senjata, yang memiliki 11 indikator. Dataset dibangun dengan menggunakan data IISS Military Balance, SIPRI, UNIDO, World Bank, serta Jane’s. Semua dataset mencakup 30 negara yang mewakili berbagai lapisan konsentrik politik luar negeri Indonesia.
Temuan kajian ini adalah, pertama, posisi Indonesia dalam dinamika persenjataan global masih rendah yakni pemeliharaan persenjataan. Kedua, posisi Indonesia tersebut disebabkan indikator yang rendah pada determinan ekonomi pertahanan -anggaran, belanja, dan litbang pertahanan- serta adopsi teknologi. Kajian ini merekomendasikan agar pemerintah memperbaiki posisi Indonesia dengan merancang program pembangunan Kekuatan Pertahanan jangka panjang dan mulai mengadopsi tata kelola ekonomi pertahanan yang terbukti memfasilitasi revolusi krida yudha di negara-negara menengah dan kecil seperti Inggris dan Singapura.