Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai periode keemasan—masyarakat sejahtera dan demokrasi matang—pada tahun 2045. Kelas menengah memegang peran penting untuk mewujudkan cita-cita ini karena merupakan mesin penggerak ekonomi dan juga garda demokrasi. Dengan demikian, mendukung kelas menengah menjadi tangguh adalah sebuah keniscayaan.
Meskipun sempat meningkatkan jumlah kelas menengah pada periode pertamanya, Presiden Joko Widodo pada akhir masa jabatannya dibayang-bayangi oleh penurunan jumlah kelas menengah sebanyak 9,48 juta orang. Fenomena ini tidak terlepas dari upaya transformasi ekonomi yang tidak efektif, tercermin dari berlanjutnya deindustrialisasi prematur di Indonesia. Hal ini diperparah dengan situasi demokrasi yang sedang sakit. Lantas, di tengah situasi pelemahan kelas menengah, apa langkah perbaikan yang dapat dilakukan oleh Indonesia ke depannya, khususnya pada masa pemerintahan presiden mendatang?