
Sumber daya manusia merupakan kunci pembangunan suatu negara. Indonesia sebagai negara yang tengah menuai bonus demografi harus secara bijak memanfaatkan momentum ini. Pasalnya, fase ini hanya dinikmati satu kali oleh sebuah negara dan dapat menjadi penentu kondisi perekonomian di masa depan. Keberhasilan dalam memanfaatkan bonus demografi yang dimiliki Indonesia sejatinya dapat menjadi peluang untuk keluar dari dekapan Middle Income Trap demi mencapai tujuan sebagai negara maju pada 2045. Sementara itu, pengelolaan secara ceroboh dapat membawa pada bencana demografi berupa pengangguran masif dan ketika negara mulai masuk ke masa aging population. Sebut saja Afrika Selatan, studi oleh Oosthuizen (2015) mencatat kegagalan negara ini dalam pemanfaatan bonus demografinya salah satunya disebabkan oleh investasi pembangunan manusia dalam sektor pendidikan dan kesehatan yang kurang optimal.
Kita patut berbangga atas skor Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang masuk dalam kelompok negara dengan Tingkat Pembangunan Manusia Tinggi pada tahun 2021. Akan tetapi, belum waktunya bagi Indonesia untuk berpuas diri. Perolehan nilai Indonesia hanya terpaut sedikit dari kelompok negara dengan Tingkat Pembangunan Manusia Menengah. Oleh karena itu, Indonesia masih memiliki pekerjaan rumah yang besar untuk urusan pembangunan manusia.
Pendidikan menjadi salah satu dimensi kunci dalam pengukuran IPM, terdiri dari Ratarata Lama Sekolah (RLS) dan Harapan Lama Sekolah. Pekerjaan rumah untuk mencapai wajib belajar 12 tahun masih menanti. RLS Indonesia pada tahun 2021 masih tertahan pada angka 8,6 padahal Indonesia telah menunjukkan keseriusan pembangunan bidang pendidikan yang terefleksi dalam peningkatan anggaran pendidikan dalam sepuluh tahun terakhir. Nota Keuangan 2024 memperlihatkan peningkatan anggaran pendidikan sebanyak hampir dua kali lipat, dari Rp390,28 Triliun pada 2015 menjadi Rp660,8 Triliun pada 2024. Meskipun demikian, anggaran tampak belum mampu menjadi katalisator tunggal untuk mendongkrak tingkat pendidikan di Indonesia. Pasalnya, disparitas akses pendidikan menjadi salah satu batu sandungan yang besar bagi pendidikan Indonesia, sebagaimana dicatat dalam Visi Indonesia 2045 (Bappenas, 2019). Berkaca pada kondisi di atas, penting bagi Indonesia untuk segera menemukan formula pembangunan pendidikan yang pas.